KEPANDUNG
Kepandung merupakan salah satu film yang diproduksi oleh team Gases Film setelah sukses menayangkan film pertamanya yang berjudul NYUNGSANG. Digarapnya film Kepandung ini merupakan adanya keresahan dan terinspirasi atas kejadian-kejadian belakangan ini di masyarakat terkait kehilangan sebuah pretima yang diyakini sebagai preti wimba atau kepercayaan yang dicuri kemudian dampaknya nanti lambat laun taksu Bali kian memudar, Kepandung sendiri memiliki makna dua sisi, baik secara sekala maupun niskala, pertama yang berarti dimana kepercayaan masyarakat yang hilang ketika Pretima yang diyakini sebagai perwujudan kepercayaan dalam bentuk arca dicuri dan kedua berarti kehilangan sanak saudara yang terjadi di desa Kedampal.
MALASPAS, MASUPATI DAN NGEREHIN
Upacara Melaspas, Masupati dan Ngerehin ini bertujuan untuk mengsucikan dan menghidupkan atau memberikan roh spirit agar masuk di karya seni yang berupa rangda. Pelaksanaan Upacara Pasupati bervariasi menurut Desa, Kala dan Patra. Hal pertama yang dilakukan pada prosesi ini yaitu upacara melaspas yang artinya pemisahan dari fungsi sebelumnya yang mengandung makna mepralina/melebur bahan-bahan yang digunakan menjadi suci dan terhindar dari kekuatan jahat. Setelah itu dilakukanlah upacara pasupati. Pada upacara ini dilakukan beberapa tahapan seperti ngatep, ngulapin, dan memakuh.
TEASER VIDEO DOKUMENTER
Dalam prinsip konsep ajaran Hindu Bali, karauhan sejatinya merupakan fenomena budaya yang bersifat sakral. Karauhan tidak bisa terjadi secara sembarangan dan mendobrak tatanan pakem menurut ruang dan waktu yang ditetapkan suatu komunitas masyarakat. Namun, dalam kehidupan kekinian pemahaman tentang hal itu seakan membias. Karauhan justru dianggap sama dengan fenomena-fenomena sejenis yang terjadi di ruang-ruang non-sakral. Karauhan banyak dipahami sebagai ciri pendalaman spiritual seseorang, padahal dalam sejumlah kasus yang penulis temui prilaku yang ditampilkan justru sangat jauh dari etika, pakem, terlebih terkait filsafat yang mendasarinya. Berlandaskan kasus-kasus tersebut, kami merasa perlu menformulasikan konsep-konsep karauhan menurut tradisi yang diwarisi oleh leluhur Bali. Tujuannya tidak lain untuk menjembatani kesenjangan pemahaman atas fenomena karauhan yang terjadi di era kekinian, khususnya bagi generasi muda Bali.
Video Dokumenter KERAUHAN bagian 1
Dalam prinsip konsep ajaran Hindu Bali, karauhan sejatinya merupakan fenomena budaya yang bersifat sakral. Karauhan tidak bisa terjadi secara sembarangan dan mendobrak tatanan pakem menurut ruang dan waktu yang ditetapkan suatu komunitas masyarakat. Namun, dalam kehidupan kekinian pemahaman tentang hal itu seakan membias. Karauhan justru dianggap sama dengan fenomena-fenomena sejenis yang terjadi di ruang-ruang non-sakral. Karauhan banyak dipahami sebagai ciri pendalaman spiritual seseorang, padahal dalam sejumlah kasus yang penulis temui prilaku yang ditampilkan justru sangat jauh dari etika, pakem, terlebih terkait filsafat yang mendasarinya.
Watangan dan Pengundangan
Ngayah ngundang dan watangan di Selasih, Payangan - Gianyar.
DHARMAWACANA INDIK SESUHUNAN LAN KERAUHAN
Diberikan kesempatan menjadi pembicara dalam Dharmawacana yang dilaksankan oleh Yowana Susut Kaja Bangli. Dimana dalam Dharmawacana ini kita membahas mengenai filosopi sesuhunan dan fenomena kerauhan yang sering terjadi saat ini.
Penjelasan Mengenai Pementasan Calonarang di Bali
Disini saya berbagi pengalaman yang sering dialami di lapangan. tujuan video ini dibuat bukan untuk menggurui atau menyatakan mana hal yang benar dan yang tidak benar. tetapi di sini kita sama-sama belajar untuk bisa melestarikan seni, adat, budaya dan agama hindu bali.
Ngerehin Pelawatan
Tingkat Masuci dan Ngerehin, merupakan tingkat upacara yang terakhir dengan maksud Betara Rangda menjadi suci, keramat dan tidak ada yang ngeletehin (menodai). Tujuan upacara adalah untuk memasukkan kekuatan gaib dari Tuhan. Dengan demikian diharapkan Petapakan Betara Rangda mampu menjadi pelindung yang aktif. Upacara ini biasanya dilakukan pada dua tempat yaitu di pura dan di kuburan. Apabila dilakukan di kuburan yang dianggap angker, maka diperlukan tiga tengkorak manusia yang berfungsi sebagai alas duduk bagi yang memundut (mengusung). Begitu pula bila dilakukan di pura maka tengkorak manusia dapat diganti dengan kelapa gading muda (kelapa yang berwarna kuning). Upacara ini biasanya dilakukan pada tengah malam terutama pada hari-hari keramat seperti hari kajeng kliwon menurut kalender Bali. Sebagai puncak keberhasilan upacara ini adalah adanya kontak dari alam gaib yaitu berupa seberkas sinar yang jatuh tepat pada pemundutnya (pengusungnya). Si pemundut (pengusung) yang kemasukan sinar itu akan dibuat kesurupan dan pada saat itu pula si pemundutnya (pengusungnya) menari-nari. Kejadian lain yang menandakan upacara ini berhasil adalah apabila Petapakan Betara Rangda bergoyang tanpa ada yang menyentuhnya. Upacara ngerehin atau mesuci ini dilaksanakan oleh semeton Pura Sindu, Desa Gadungan, Selemadeg Timur - Tabanan,(13/2/2023)
Pengundangan di Bresela
Ngemolihang galah ngayah dados juru undang ring sesolahan calonarang "Pamastuning Pralaya Ing Buana" sane kelaksanayang ring Jaba Pura Gunung Mas Merenteng Desa Pekraman Bresela, Gianyar. Sabtu, 18 Februari 2023.